Jumat, 27 Juni 2014

Akibat Pemanasan Global



SALJU ABADI DI ANTARIKA MENCAIR LEBIH CEPAT

            Kota-kota di pinggir laut harus waspada dan mempersiapkan diri. Sebab, pencairan es di antartika kian parah. Bahkan, para peneliti menegaskan, sangat mungkin mencairnya es tersebut tidak bisa dihentikan. Ini efek dari moderenisasi dan industrialisasi yang kian bertumbuh pesat. Di satu sisi, dua hal tersebut membuat efek yang positif bagi manusia. Yaitu, memudahkan setiap pekerjaan dan memenuhi setiap kebutuhan. Tak perlu lagi naik kuda atau jalan kaki untuk menempuh perjalanan jauh, cukup dengan menggunakan mobil, bus, kereta api ataupun pesawat. Cukup dengan menekan satu tombol, ruangan panas bisa jadi dingin dengan air conditioner (AC). Baju, aneka makanan, dan peralatan listrik juga mudah didapat. Disisi lain, ada efek negatif yang secara langsung berdampak pada manusia. Utamanya pada manusia di masa yang akan datang. Yaitu, meningkatnya pemanasan global dan perubahan iklim yang sangat ekstrim di berbagai daerah di seluruh penjuru dunia. Gara-gara pemanasan global itu, es yang ada di antartika terus menerus mencair dan tidak mungkin bisa dihentikan. Hal tersebut terungkap dalam penelitian yang dilakukan oleh NASA dan University of California Irvine.
            Dalam penelitian dari dua lembaga tersebut, mengamati salju abadi yang ada di daerah laut Amundsen, Antartika Barat. Mereka menggunakan data yang diambil satelit selama 40 tahun ini. Tim ini juga melakukan penelitian udara dan datang langsung ke lokasi. Hasilnya, seluruh lapisan es utama yang ada di Antarika Barat diperkirakan akan mencair dalam beberapa abad, yaitu 200-1000 tahun lagi. Pencairan itu lebih cepat dari prediksi yang diperkirakan selama ini. Para peneliti sebelumnya memperkirakan kenaikan 77% dari kondisi tahun 1973. Sebagai imbasnya, ketinggian permukaan air laut juga bakal lebih cepat dibandingkan yang diprediksi beberapa tahun lalu. Tim peneliti menjelaskan bahwa pencairan es yang terjadi secara masif itu karena pemanasan global yang terjadi di seluruh dunia. Setiap dahun suhu bumi naik1-2 derajat Celcius. Air laut yang kian menghangat dibawah lapisan salju abadi itu disinyalir sebagai penyebab utama pencairan. Juga, menipisnya lapisan ozon yang membuat angin menggerakan air yang lebih hangat ke arah Antartika. Menurut penjelasan salah seorang tim ahli gletser, Eric Rignot mengatakan  bahwa ini akan menjadi pengaruh utama terhadap naiknya air laut saat ini dan beberapa dekade berikutnya.
            Sebab, mencairnya salju abadi tersebut diprediksi tak bisa lagi dihentikan, meski salju tersebut baru meleleh secara keseluruhan dalam beberapa abad. Akan tetapi, jiak suhu bumi terus memanas kemungkinan pencairan es diantarika bissa lebih cepat lagi. Melelehnya es di Antartika itu mengakibatkan permukaan air laut naik hingga 4-16 kaki atau 1,2,4,8 meter. Meski begitu, akibat dari pencairan es tersebut bisa tak perlu menunggu sampai berabad-abad. Dalam pertemuan 200 negara dalam Panel Antar Pemerintah tentang Perubahan Iklim (IPGC) yang diadakan PBB tahun ini memperkirakan, pada tahun 2100 kenaikan permukaan air laut sudah berkisar 30-90 centimeter. Tingkat kenaikan itu bisa membuat jutaan orang yang tinggal di kota-kota tepi pantai harus mengungsi karena kota mereka tenggelam. Jika hal tersebut terjadi, maka peta dunia dipastikan bakal berubah. Meski pencairan tidak bisa dihentikan, anggota IPCG bertekad untuk paling tidak memperlambat pencairan es dan mengurangi pemanasan global. Beberapa negara sudah memulai mencari energi alternatif. Presiden Amerika Serikat Barack Obama juga menjajikan untuk  mengubah sumber energi di beberapa instansi dengan energi alternatif untuk mengurangi pemanasan global. Yaitu, menggunakan tenaga panas atau solar cell. Rencananya proyek tersebut akan dilaksanakan tahun ini.

Sumber : Koran INDOPOS edisi Minggu 18 Mei 2014. (CNN/AFPsha/c10/tia)