AMDAL
A.
PENGERTIAN
AMDAL
Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan (AMDAL) adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu
usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan dan diperlukan bagi proses
pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan di Indonesia.
AMDAL ini dibuat saat perencanaan suatu proyek yang diperkirakan akan
memberikan pengaruh terhadap lingkungan hidup di sekitarnya.
Dokumen AMDAL terdiri dari :
Dokumen AMDAL terdiri dari :
- Dokumen Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup (KA-ANDAL)
- Dokumen Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)
- Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL)
- Dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL)
AMDAL
digunakan untuk:
- Bahan bagi perencanaan pembangunan wilayah
- Membantu proses pengambilan keputusan tentang kelayakan lingkungan hidup dari rencana usaha dan/atau kegiatan
- Memberi masukan untuk penyusunan disain rinci teknis dari rencana usaha dan/atau kegiatan
- Memberi masukan untuk penyusunan rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup
- Memberi informasi bagi masyarakat atas dampak yang ditimbulkan dari suatu rencana usaha dan atau kegiatan
Pihak-pihak
yang terlibat dalam proses AMDAL adalah:
- Komisi Penilai AMDAL, komisi yang bertugas menilai dokumen AMDAL
- Pemrakarsa, orang atau badan hukum yang bertanggungjawab atas suatu rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan dilaksanakan, dan
- masyarakat yang berkepentingan, masyarakat yang terpengaruh atas segala bentuk keputusan dalam proses AMDAL.
Dalam
pelaksanaannya, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:
- Penentuan kriteria wajib AMDAL, saat ini, Indonesia menggunakan/menerapkan penapisan 1 langkah dengan menggunakan daftar kegiatan wajib AMDAL (one step scoping by pre request list). Daftar kegiatan wajib AMDAL dapat dilihat di Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2006
- Apabila kegiatan tidak tercantum dalam peraturan tersebut, maka wajib menyusun UKL-UPL, sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 86 Tahun 2002
- Penyusunan AMDAL menggunakan Pedoman Penyusunan AMDAL sesuai dengan Permen LH NO. 08/2006
- Kewenangan Penilaian didasarkan oleh Permen LH no. 05/2008
Dengan
ditetapkannya Undang-undang No.23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup (UUPLH), maka PP No.51/1993 perlu diganti dengan PP No.27/1999 yang di
undangkan pada tanggal 7 Mei 1999, yang efektif berlaku 18 bulan kemudian.
Perubahan besar yang terdapat dalam PP No.27 / 19999 adalah di hapuskannya
semua Komisi AMDAL Pusat dan diganti dengan satu Komisi Penilai Pusat
yang ada di Bapedal. Didaerah yaitu provinsi mempunyai Komisi Penilai Daerah.
Apabila penilaian tersebut tidak layak lingkungan maka instansi yang berwenang
boleh menolak permohohan ijin yang di ajukan oleh pemrakarsa. Suatu hal
yang lebih di tekankan dalam PP No.27/1999 adalah keterbukaan informasi dan
peran masyarakat.
Implementasi AMDAL sangat perlu di sosialisasikan tidak hanya kepada masyarakat namu perlu juga pada para calon investor agar dapat mengetahui perihal AMDAL di Indonesia. Karena semua tahu bahwa proses pembangunan di gunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara ekonomi, sosial dan budaya. Dengan implementasi AMDAL yang sesuai dengan aturan yang ada maka di harapkan akan berdampak positip pada recovery ekonomi pada suatu daerah.
Implementasi AMDAL sangat perlu di sosialisasikan tidak hanya kepada masyarakat namu perlu juga pada para calon investor agar dapat mengetahui perihal AMDAL di Indonesia. Karena semua tahu bahwa proses pembangunan di gunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara ekonomi, sosial dan budaya. Dengan implementasi AMDAL yang sesuai dengan aturan yang ada maka di harapkan akan berdampak positip pada recovery ekonomi pada suatu daerah.
Peran AMDAL dalam
pengelolaan lingkungan. Aktivitas pengelolaan lingkungan baru dapat dilakukan
apabila rencana penge¬lolaan lingkungan telah disusun berdasarkan perkiraan
dampak lingkungan yang akan timbul akibat dari proyek yang akan dibangun. Dalam
kenyataannya nanti, apabila dampak lingkungan yang telah diperkirakan jauh
berbeda dengan kenyataannya, ini dapat saja terjadi karena kesalahan-kesalahan
dalam menyusun AMDAL atau pemilik proyek tidak menjalankan proyeknya sesuai
AMDAL. Agar dapat dihindari kegagalan pengelolaan ini maka pemantauan haruslah
dilakukan sedini mungkin, sejak awal pembangunan, secara terns menerus dan
teratur.
Peran AMDAL dalam
pengelolaan proyek. AMDAL merupakan salah satu studi kelayakan lingkungan yang
disyaratkan untuk mendapatkan perizinan selain aspek-aspek studi kelayakan yang
lain seperti aspek teknis dan ekonomis. Seharusnya AMDAL dila¬kukan
bersama-sama, di mana masing-masing aspek dapat mem¬berikan masukan untuk
aspek-aspek lainnya sehingga penilaian yang optimal terhadap proyek dapat diperoleh.
Kenyataan yang biasa terjadi adalah bahwa hasil studi kelayakan untuk aspek
lingkungan tidka dapat menghasilkan kesesuaian di dalam studi kelayakan untuk
aspek lainnya. Bagian dari Amdal yang diharapkan oleh aspek teknis dan ekonomis
biasanya adalah sejauh mana ke-adaan lingkungan dapat menunjang perwujudan
proyek, terutama sumber daya yang diperlukan proyek tersebut seperti air,
energi, manusia, dan ancaman alam sekitar.
AMDAL sebagai dokumen
penting. Laporan AMDAL merupa¬kan dokumen penting sumber informasi yang detail
mengenai keadaan lingkungan pada waktu penelitian proyek dan gambaran keadaan
lingkungan di masa setelah proyek dibangun. Dokumen ini juga penting untuk
evaluasi, untuk membangun proyek yang lokasinya berdekatan dan dapat digunakan sebagai
alat legalitas.
B.
TUJUAN
DAN FUNGSI AMDAL
v T u j u a n.
Secara umum tujuan
AMDAL adalah : Menjaga dan meningkatkan kualitas lingkungan hidup serta menekan
pencemaran sehingga dampak negatifnya menjadi serendah mungkin. Dalam
pelaksanaannya ada dua hal pokok yang menjadi tujuan AMDAL yaitu :
1. Mengidentifikasi,
memprakirakan, dan mengevaluasi dampak yang mungkin terjadi terhadap lingkungan
hidup yang disebabkan oleh kegiatan yang direncanakan.
2. Meningkatkan dampak
positif dan mengurangi sampai sekecil – kecilnya dampak negatif yang terjadi
dengan melaksanakan RKL – RPL secara konsekuen.
FUNGSI
AMDAL TERHADAP MASYARAKAT
1. Dapat mengetahui rencana pembangunan di daerahnya sehingga dapat mempersiapkan diri untuk berpartisipasi.
2. Mengetahui perubahan lingkungan yang akan terjadi dan manfaat serta kerugian akibat adanya suatu kegiatan.
3, Mengetahui hak dan kewajibannya di dalam hubungan dengan usaha dan/atau kegiatan di dalam menjaga dan mengelola kualitas lingkungan.
C.
MANFAAT AMDAL
Pada dasarnya AMDAL memiliki tiga manfaat utama yaitu,
1. Pada Pemerintah
Sebagai alat pengambil keputusan tentang kelayakan lingkungan dari suatu rencana usaha dan/atau kegiatan.
Merupakan bahan masukan dalam perencanaan pembangunan wilayah.
Mencegah potensi SDA di sekitar lokasi proyek tidak rusak dan menjaga kelestarian lingkungan hidup.
Pada Masyarakat
Dapat mengetahui rencana pembangunan di daerahnya sehingga dapat mempersiapkan diri untuk berpartisipasi.
Mengetahui perubahan lingkungan yang akan terjadi dan manfaat serta kerugian akibat adanya suatu kegiatan.
Mengetahui hak dan kewajibannya di dalam hubungan dengan usaha dan/atau kegiatan di dalam menjaga dan mengelola kualitas lingkungan.
Selain manfaat – mafaat di atas AMDAL
juga sering di gunakan sebagai :
AMDAL sebagai ENVIRONMENTAL SAFEGUARDS
AMDAL digunakan sebagai Enironmental safeguards atau upaya perlindungan lingkungan dari berbagai jenis kegiatan eksploitsi sumber daya alam baik yang di lakukan masyarakat lokal maupun pemerintah sehingga tecapai suatu tujuan yaitu :
Output SDS yang efesien
SDA yang berkelanjutan
Konservasi kawasan lindung
Pengembangan wilayah
Manfaat AMDAL dalam PERENCANAAN WILAYAH yaitu
Ayat (2) PP 27/1999:
Hasil AMDAL digunakan sebagai bahan perencanaan
pembangunan wilayah.
Manfaat AMDAL dalam CEGAH, KENDALI & PANTAU DAMPAK
Hasil AMDAL memberikan pedoman upaya pencegahan, pengendalian dan pemantauan dampak lingkungan.
AMDAL sebagai prasyarat utang
Banyak debitur yang tidak dapat mengembalikan utang hal ini dikarenakan berbagai masalah, salah satunya mengenai masalah lingkungan. Sehingga dalam peberian kredit atau utang di perlukan analaisa apakah debitur tesebut akan mengalami masalah di bidang lingkungan atau tidak.
AMDAL sebagai ENVIRONMENTAL SAFEGUARDS
AMDAL digunakan sebagai Enironmental safeguards atau upaya perlindungan lingkungan dari berbagai jenis kegiatan eksploitsi sumber daya alam baik yang di lakukan masyarakat lokal maupun pemerintah sehingga tecapai suatu tujuan yaitu :
Output SDS yang efesien
SDA yang berkelanjutan
Konservasi kawasan lindung
Pengembangan wilayah
Manfaat AMDAL dalam PERENCANAAN WILAYAH yaitu
Ayat (2) PP 27/1999:
Hasil AMDAL digunakan sebagai bahan perencanaan
pembangunan wilayah.
Manfaat AMDAL dalam CEGAH, KENDALI & PANTAU DAMPAK
Hasil AMDAL memberikan pedoman upaya pencegahan, pengendalian dan pemantauan dampak lingkungan.
AMDAL sebagai prasyarat utang
Banyak debitur yang tidak dapat mengembalikan utang hal ini dikarenakan berbagai masalah, salah satunya mengenai masalah lingkungan. Sehingga dalam peberian kredit atau utang di perlukan analaisa apakah debitur tesebut akan mengalami masalah di bidang lingkungan atau tidak.
D.
CONTOH KASUS ATAU PELANGGARAN AMDAL
Pelaku usaha dan pemerintah daerah
dinilai masih mengabaikan masalah lingkungan. Hal ini terlihat dari masih
adanya kawasan industri di Semarang yang beroperasi tanpa terlebih dahulu
memenuhi kewajiban studi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal). Selain
itu, sejumlah industri di Semarang juga masih banyak yang belum secara rutin,
yaitu enam bulan sekali, menyampaikan laporan kepada Badan Pengendalian Dampak
Lingkungan Daerah (Bapedalda) Semarang. “Kalau sebuah kawasan industri sudah
beroperasi sebelum
melakukan
studi Amdal, Bapedalda tidak bisa berbuat apa -apa. Kami paling hanya bisa
mengimbau, tapi tidak ada tindakan apa pun yang bisa kami lakukan. Terus
terang, Bapedalda adalah instansi yang mandul,” kata Mohammad Wahyudin, Kepala
Sub -Bidang Amdal, Bapedalda Semarang, Kamis (1/8), di Semarang. Wahyudin
menceritakan, kawasan industri di Jalan Gatot Subroto, Kecamatan Ngaliyan, Kota
Semarang, misalnya, sejak beroperasi dua tahun lalu hingga saat ini belum
mempunyai Amdal. Padahal, menurut Wahyudin, salah satu syarat agar sebuah
kawasan industri bisa
beroperasi
ialah dipenuhinya kewajiban melaksanakan studi Amdal. “
Bapedalda
berkali -kali menelpon pengelola kawasan industri tersebut, menanyakan
kelengkapan dokumen Amdal mereka. Namun, sampai sekarang, jangankan memperoleh
jawaban berupa kesiapan membuat studi Amdal, bertemu pemilik kawasan itu saja
belum pernah,” ujarnya. Wahyudin menyayangkan sikap pihak berwenang yang tetap
memberikan izin kepada suatu usaha industri atau kawasan industri untuk beroperasi
walau belum menjalankan studi Amdal. Menurut dia, hal ini merupakan bukti bahwa
bukan saja pengusaha yang tidak peduli terhadap masalah lingkungan, melainkan
juga pemerintah daerah. Sikap tidak peduli terhadap masalah lingkungan juga
ditunjukkan sejumlah pemilik usaha industri ataupun kawasan industri dengan
tidak menyampaikan laporan rutin enam bulan sekali kepada Bapedalda. Wahyudin
mengatakan, kawasan industri di Terboyo, misalnya, tidak pernah menyampaikan
laporan perkembangan usahanya, terutama yang diperkirakan berdampak pada
lingkungan, kepada Bapedalda. Hal serupa juga dilakukan pengelola lingkungan
industri kecil (LIK) di Bugangan Baru. Keadaan tersebut, menurut Wahyudin,
mengakibatkan Bapedalda tidak bisa mengetahui perkembangan di kedua kawasan
industri tersebut. Padahal, perkembangan sebuah kawasan industry sangat perlu
diketahui oleh Bapedalda agar instansi tersebut dapat memprediksi kemungkinan
pencemaran yang bisa terjadi. Ia menambahkan, industri kecil, seperti industri
mebel, sebenarnya berpotensi menimbulkan pencemaran lingkungan. Namun, selama
ini, orang terlalu sering hanya menyoroti industry berskala besar.