INDONESIA
BUTUH SATELIT
Tragedi
lenyapnya pesawat Malaysia Airlines (MAS) MH370 nampaknya dijadikan pelajaran
bagi negara lain. Rumitnya pencarian pesawat yang telah hilang sejak awal Maret
lalu dengan menggunakan teknologi satelit mengingatkan potensi bencana yang
akan terjadi di indonesia dengan wilayah yang sangat luas. Menurut Deputi
Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam (TPSA), Ridwan Jamaludin mengatakan,
wilayah Indonesia yang cukup luas dengan dinamika wilayah yang sangat aktif
sangat memerlukan teknologi satelit. Teknologi Satelit ini sangat efektif dan
efisien untuk digunakan menemukan objek-objek tertentu diwilayah Indonesia yang
sangat luas.
Selain
itu, satelit tidak hanya diperlukan dalam konteks mencari pesawat MH370,
teknologi yang terpasang di angkasa tersebut juga bisa dimanfaatkan untuk
masalah kebencanaan, seperti untuk mengetahui dengan segera wilayah mana saja
yanh di Pantai Utara Jawa (Pantura) yang tergenang air dan untuk memperole
data-data titik api (hotspot) yang menyebabkan kebakaran hutan dan lahan.
Tetapi sayangnya, indonesia belum memiliki satelit remote sensing yang
operasional, bahkan masih banyak menggunakan satelit dari negara lain. Meskipun
dari sisi pengembangan teknologi, pengkajain dan penerapannya , Indonesia sudah
punya dan telah dilakukan BPPT dalam 25 tahun terakhir.
Ia
juga mengakui selama ini memang sudah menggunakan satelit untuk pemetaan dan
mengidentifikasi objek-objek tertentu. Akan tetapi, hal ini masih memiliki
kendala yang sering kita hadapi ketika menggunakan satelit milik negara lain
adalah dari sisi biaya dan karestertik wilayah Indonesia. Sementara, beberapa
wilayah di Indonesia masih banyak yang tertutup awan dan sangat sulit ditembus
oleh satelit berbasis optik. Selain itu juga memiliki hutan yang yang luas dan
tidak mudah untuk melihatnya dengan menggunakan data-data satelit yang tersedia
dipasaran.
Menurut
Perekayasa Teknologi Remote Sensing (PTRS) BPPT Muhammad Evri, teknologi Atelit
memiliki kemampuan membawa sensor berkemampuan mengindera bumi dan
mengidentifikasi objek yang ada dimuka bumi, termasuk dilautan. “Kemampuan
sensor untuk mendeteksi objek di muka bumi itu kemudian diolah menjadi sebuah
citra, lalu hasil dari satelit tadi diserahkan kepada lembaga otoritas untuk
ditindak lanjuti,” sambungnya.
Sumber : Koran Indopos
Tidak ada komentar:
Posting Komentar